Dinsdag 24 Desember 2013

Metode Yang Cocok Dalam Pembelajaran Sejarah (Pengertian metode, Kekurangan Dan Kelebihan Metode, Alasan, Manfaat Dari Metode, Dan Langkah-Langkah)

Pengertian Metode 
      Secara etimologis, istilah metode berasal dari bahasa Yunani, yaitu metodos. Kata ini terdiri dari dua suku kata, yaitu “metha” yang berarti melalui atau melewati dan “hodos” yang berarti jalan atau cara. Metode berarti jalan yang dilalui untuk mencapai tujuan. Dalam bahasa Arab, metode disebut thariqat; dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, metode adalah: “cara yang teratur dan terpikir baik-baik untuk mencapai maksud”. Dengan begitu, dapat dipahami bahwa metode berarti suatu ara yang harus dilalui untuk menyajikan bahan pelajaran agar tecapaitujuan pengajaran. Oleh karena itu, metode mengajar dapat berarti alat yang merupakan perangkat atau bagian dari suatu strategi pengajaran.Strategi pengajaran juga merupakan suatu pendekatan yang digunakan untuk mencapai tujuan. Jadi, cakupan strategi lebih luas dibanding metode atau teknik dalam pengajaran. Menurut Hamdani (2010 : 80) “metode pembelajaran adalah cara yang digunakan guru untuk menyampaiakan pelajaran kepada siswa. Dengan demikian, metode pembelajaran merupakan alat untuk menciptakan proses belajar mengajar”. Menurut Mulyatiningsih (2010:213) “metode pembelajaran dapat diartikan sebagai cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan nyata atau praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran”.Berdasarkan pengertian dari metode pembelajaran maka dapat disimpulkan bahwa metode pembelajaran adalah cara yang digunakan guru untuk menyampaiakan pelajaran kepada siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran.
 Metode-metode yang cocok untuk pembelajaran sejarah antara lain: 
1. Metode Diskusi
    Metode diskusi dapat diartikan sebagai jalan untuk memecahkansuatu permasalahan yang memerlukan beberapa jawaban alternatif yangdapat mendekati kebenaran dalam proses pembelajaran (PBM). Metode ini bila digunakan dalam PBM akan dapat merangsang murid untuk berpikirsistematis, logis, kritis, dan bersikap demokratis dalam menyumbangkanpikiran-pikirannya untuk memecahkan sebuah masalah.Walaupun begitu, metode ini tidak selalu tepat digunakan padasetiap pelajaran, karena metode ini juga memiliki nilai positif dan negatif.Oleh karena itu, pendidik hendaknya mampu menggunakan metode inisesuai dengan situasi dan kondisi yang kondusif. (Sumber:http://ejurnal.uin-alauddin.ac.id/artikel/08Metode dalam Proses Pembelajaran-Kamsinah.pdf). 
   Pengertian dari metode diskusi Secara etimologis, kata metode berasal dari bahasa Yunani, yaitu “metodos”, terdiri dari dua suku kata, yaitu “metha” yang berarti melalui atau melewati , dan “hodos” berarti jalan yang dilalui untuk mencapai tujuan. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia kata “metode” berarti cara yang teratur dan terpikir baik-baik untuk mencapai maksud. Ini berarti bahwa metode adalah cara bekerja yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai tujuan yang ditetapkan. Dalam proses pendidikan, metode mempunyai peranan penting dalam upaya mencapai tujuan pendidikan. Metode digunakan untuk merealisasikan strategi yang telah ditetapkan. Kata “diskusi” berasal dari bahasa Latin, yaitu “discussus” yang terdiri dari akar kata “dis” dan “cuture”. “Dis” artinya terpisah, sementara “cuture” artinya menggoncang atau memukul. Secara etimologi, “discuture” berarti suatu pukulan yang memisahkan sesuatu. Atau dengan kata lain membuat sesuatu menjadi jelas dengan cara memecahkan atau menguraikannya. Menurut Killen, Metode diskusi adalah metode pembelajaran yang menghadapkan siswa pada suatu permasalahan. Tujuan utama metode ini adalah untuk memecahkan suatu permasalahan, menjawab pertanyaan, menambah dan memahami pengetahuan siswa, serta untuk membuat suatu keputusan. Sedangkan menurut Ramayulis, metode diskusi merupakan suatu cara penyampaian/penyajian bahan pelajaran, di mana pendidik memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengadakan pembicaraan ilmiah guna mengumpulkan pendapat, membuat kesimpulan atau menyusun alternative pemecahan atas suatu masalah. Muhibbin Syah mendefinisikan bahwa metode diskusi adalah metode mengajar yang sangat erat hubungannya dengan memecahkan masalah. Guru mengemukakan permasalahan lalu siswa mendiskusikannya secara bersama-sama untuk mencari solusi atas permasalahan tersebut. Dari beberapa definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa metode diskusi adalah suatu metode pengajaran di mana guru memberi suatu persoalan atau masalah kepada siswa dan para siswa diberi kesempatan secara bersama-sama untuk memecahkan masalah tersebut dengan teman-temannya. Kesimpulan tersebut mengandung pengertian bahwa pertanyaan dalam metode diskusi mengandung masalah, sehingga tidak dapat diselesaikan dengan satu jawaban saja. Jawaban yang terdiri dari berbagai kemungkinan (alternative), memerlukan pemikiran yang saling menunjang dari peserta diskusi, untuk sampai pada jawaban akhir yang disetujui sebagai jawaban yang paling benar atau terbaik. a. Jenis-jenis Diskusi Secara umum, ada dua jenis diskusi yang biasa dilakukan dalam proses pembelajaran. Pertama, diskusi kelompok. Diskusi ini dinamakan juga diskusi kelas. Pada diskusi ini, permasalahan yang disajikan oleh guru dipecahkan oleh kelas secara keseluruhan. Kedua, diskusi kelompok kecil. Pada diskusi ini, siswa dibagi dalam beberapa kelompok. Setiap kelompok terdiri dari 3-7 orang. Proses pelaksanaan diskusi ini dimulai dari guru menyajikan masalah dengan beberapa sub masalah. Setiap kelompok menyelesaikan sub-sub masalah yang disampaikan guru dan diakhiri dengan laporan setiap kelompok. James Bell dalam Buchari Alma menulis tentang berbagai bentuk metode mengajar diskusi kelas sebagai berikut: - Diskusi kelas yang menggunakan sebagai moderator, - Diskusi kelas yang menggunakan siswa sebagai moderator, - Student center discussion, ada guru ikut tapi peranannya hanya mengawasi dan mendorong agar siswa berani. - Buzz group, kelas dibagi dalam kelompok lalu diberi pertanyaan yang harus dipecahkan dalam waktu singkat, - Case studies, kelas dibagi atas kelompok kecil, diangkat seorang ketua dan seorang penulis. Kelompok diberi permasalahan (kasus), kemudian memikirkan pemecahan dengan menggunakan thinking skills. Ketua meluruskan jalannya diskusi dan penulis mencatat. Diskusi dipimpin oleh seorang pemimpin diskusi. Pemimpin diskusi dapat dipegang oleh guru sendiri, tetapi dapat juga diserahkan kepada siswa bila guru ingin memberi kesempatan kepada siswa unluk belajar memimpin. Ada tiga peranan pemimpin diskusi ialah sebagai : 1) pengatur lalu lintas , 2) dindingpenangkis. 3) penunjuk jalan Pemimpin sebagai pengatur lalu lintas. 

b. Kegunaan Diskusi 
Diskusi secara umum, digunakan untuk memperbaiki cara berpikir dan keterampilan komunikasi siswa dan untuk menggalakkan siswa dalam pembelajaran. Namun secara khusus, menurut Tjokrodiharjo, diskusi digunakan oleh para guru untuk setidaknya 3 (tiga) tujuan pembelajaran yang penting yaitu: 
pertama, meningkatkan cara berpikir siswa dengan jalan membantu siswa membangkitkan pemahaman isi pelajaran. Kedua, menumbuhkan keterlibatan dan partisipasi siswa. Ketiga, membantu siswa mempelajari keterampilan komunikasi dan proses berpikir. Menurut Suryosubroto, bahwa diskusi oleh guru digunakan apabila hendak: a.Memanfaatkan berbagai kemampuan yang ada (dimiliki) oleh siswa. b.Memberikan kesempatan kepada para siswa untuk menyalurkan kemampuannya masing-masing. c.Memperoleh umpan balik dari para siswa tentang apakah tujuan yang telah dirumuskan telah tercapai. d.Membantu para siswa belajar berpikir teoritis dan praktis lewat berbagai mata pelajaran dan kegiatan di sekolah. e.Membantu para siswa belajar menilai kemampuan dan peranan diri sendiri maupun teman-temannya (orang lain). f.Membantu para siswa menyadari dan mampu merumuskan berbagai masalah yang di”lihat” baik dari pengalaman sendiri maupun pelajaran di sekolah. g.Mengembangkan motivasi untuk belajar lebih lanjut. 

D. Keunggulan dan Kelemahan Metode Diskusi 
     Keunggulan pembelajaran model diskusi kelas adalah sebagai berikut; a) Dengan diskusi siswa mendapat pelatihan mengeluarkan pendapat, sikap dan aspirasinya secara bebas. b) Diskusi melibatkan semua siswa secara langsung dalam KBM. c) Setiap siswa dapat menguji tingkat pengetahuan dan penguasaan bahan pelajarannya masing-masing. d) Diskusi melatih siswa untuk dapat mengemukakan pendapat atau gagasan secara verbal. Disamping itu, diskusi juga bisa melatih siswa untuk menghargai pendapat orang lain. e)Diskusi dapat menunjang usaha-usaha pengembangan sikap sosial dan sikap demokratis para siswa. f)Diskusi dapat menumbuhkan dan mengembangkan cara berpikir dan sikap ilmiah. Kelemahan pembelajaran model diskusi kelas adalah sebagai berikut; a)Memerlukan waktu yang cukup panjang, yang kadanh-kadang tidak sesuai dengan yang direncanakan. b)Suatu diskusi dapat diramalkan sebelumnyamengenai bagaimana hasilnya sebab tergantung kepada kepemimpinan dan partisipasi anggota-anggotanya. c)Suatu diskusi memerlukan keterampilan-keterampilan tertentu yang belum pernah dipelajari sebelumnya. d)Jalannya diskusi dapat dikuasai (didominasi) oleh beberapa siswa yang menonjol saja. e)Apabila suasana diskusi hangat dan siswa sudah berani mengemukakan buah pikiran mereka, maka biasanya sulit untuk membatasi pokok masalah. f)Jumlah siswa yang terlalu besar di dalam kelas akan mempengaruhi kesempatan setiap siswa untuk mengemukakan pendapatnya. 

E. Usaha-usaha Meminimalisasai Segi-segi Negatif Metode Diskusi 
    Untuk mengatasi beberapa kelemahan tesebut, maka usaha-usaha yang dapat dilakukan antara lain: a)Guru harus mampu mengoptimalkan waktu yang ada untuk mendapatkan hasil yang diinginkan. b)Mengusahakan penyesuaian waktu dengan berat topik yang dijadikan pokok diskusi. c)Guru harus mampu menempatkan dirinya sebagai pemimpin diskusi, dan berperan sebagai penangkis terhadap pertanyaan yang diajukan peserta didik. d)Guru hendaknya memperhatikan pembicaraan agar fungsi guru sebagai pemimpin diskusi dapat dilaksanakan sebagaimana mestinya. Dalam proses pembelajaran yang menggunakan metode diskusi, ada beberapa hal yang harus diperhatikan oleh seorang guru yaitu: a)Menjelaskan kembali apa yang menjadi pokok permasalahan apabila ada gejala pembahasan akan menyimpang dari pokok permasalahan semula. b) Menyerahkan gagasan baru dalam melihat masalah yang didiskusikan. c) Menunjukkan aspek-aspek penting yang menjadi pokok pembahasan yang ditinjau dari berbagai segi pemecahan masalah. d) Menyimpulkan semua yang telah dikemukakan siswa, di mana titik pertemuannya dan titik perbedaannya, dijelaskan kembali pada siswa. 

Penerapan Metode Diskusi Dalam Pembelajaran Sejarah
 Masalah metode besar dampaknya terhadap hasil belajar siswa. Jika seorang siswa bersikap acuh dan malas mengikuti pelajaran, maka salah satu penyebabnya adalah masalah metode mengajar yang digunakan guru. Dalam pembelajaran Sejarah Islam, hal seperti ini seringkali dihadapi oleh sebahagian besar guru. Kurangnya minat siswa mempelajari Sejarah Islam disebabkan oleh proses belajar mengajar yang berlangsung secara imposisi. Hal ini mengakibatkan kejenuhan pada anak didik. Oleh karena itu, salah satu metode yang tepat digunakan oleh guru adalah metode diskusi. Penerapan metode diskusi dalam pembelajaran Sejarah Islam mampu membangkitkan keaktifan siswa sehingga suasana kelas menjadi lebih hidup. Sebagaimana diketahui bahwa pembelajaran Sejarah berisi informasi-informasi yang telah terjadi di masa lampau. Penggunaan satu metode seperti metode ceramah saja akan mengakibatkan kejenuhan pada siswa. Siswa akan lebih pasif dengan hanya duduk mendengarkan uraian guru. Tetapi, dengan metode diskusi, siswa lebih aktif dan jawaban hasil diskusi akan membawa kesan yang mendalam pada siswa. Dengan kata lain, metode diskusi tepat digunakan dalam pembelajaran Sejarah. Meskipun demikian, disamping kelebihan dari metode tersebut, terdapat pula kelemahan-kelemahan-kelemahan dalam penerapannya. Olehnya itu, seorang guru dituntut memiliki kemampuan dalam menerapkannya. Mulai dari persiapan, pelaksanaannya serta akhir dari proses pembelajaran.

 2. METODE INQUIRY 
     Metode Inkuiri dalam Kegiatan Pembelajaran Sejarah Edwin Fenton (1967: 262), mengemukakan bahwa berdasarkan observasi terhadap strategi pembelajaran yang dilakukan oleh para pengajar sejarah, ternyata strategi itu bergerak pada suatu kontinum dari strategi ekspositori sampai pada strategi inkuiri. Strategi ekspositori menunjukkan keterlibatan unsur guru secara penuh menuntut keterlibatan mental guru untuk mampu memilih model dan metode mengajar yang sesuai dengan beban dan isi materi serta tujuan yang akan dicapai. Penentuan terhadap satu model mengajar akan membuka kemungkinan untuk menggunakan beberapa metode mengajar. Sedangkan strategi inkuiri menunjukkan keterlibatan siswa secara penuh dalam kegiatan belajar mengajar. Dalam kegiatan belajar mengajar, metode inkuiri merupakan suatu strategi pembelajaran yang memungkinkan para peserta didik untuk mendapatkan jawabannya sendiri (Soewarso, 2000: 57). Metode inkuiri adalah metode pembelajaran yang dalam penyampaian bahan pelajarannya tidak dalam bentuknya yang final, tidak langsung. Artinya, dalam penyampaian metode inkuiri peserta didik sendirilah yang diberi peluang untuk mencari (menyelidiki/meneliti) dan memecahkan sendiri jawaban (permasalahan) dengan mempergunakan teknik pemecahan masalah. Sementara pengajar bertindak sebagai pengarah, mediator, dan fasilitator, yang wajib memberikan informasi yang relevan, sesuai dengan permasalahan atau materi pelajaran. Hal tersebut dapat berlangsung dalam kelompok-kelompok kecil dalam kelas melalui diskusi dan bermain peran. Dalam kegiatan ini peserta didik dituntut aktif terlibat dalam situasi belajar. Peserta didik menyadari masalah, mengajukan pertanyaan, selanjutnya menghimpun informasi sebelum mengambil keputusan (Munandar, 1995: 85). Proses inkuiri dapat dimulai dengan mengajukan permasalahan permasalahan yang kemudian harus dijawab dengan mencari dan mengumpulkan sumber-sumber yang relevan dengan permasalahan, baik berupa narasumber, buku-buku, majalah, jurnal, dan lain sebagainya. Dengan metode ini berarti peserta didik terdorong untuk melakukan penyelidikan, yang berarti ada minat intrinsik untuk belajar mendapat pemahaman atau pengetahuan. Pembelajaran dengan metode inkuiri menempatkan peserta didik ke dalam situasi yang mana mereka harus ikut serta dalam operasi-operasi intelektual yang terdapat di dalamnya (Beyer, 1999: 6). Dalam penelitian, metode inkuiri diterapkan untuk mengerti dan memahami peristiwa-peristiwa sejarah terutama Sejarah Asia Tenggara yang diberikan pada mahasiswa Program Studi Pendidikan Sejarah.. Oleh karena peristiwa sejarah hanya dapat dimengerti dan difahami secara mendalam jika dikaji melalui proses bertanya, yakni mengapa, siapa, dimana, apa, bagaimana, kemudian dirumuskan dalam hipotesis dan selanjutnya dicari jawabannya melalui teknik penyelidikan. Melalui kepekaan terhadap masalah yang ada dalam peristiwa sejarah, memperjelas dan mencoba merumuskan dalam bentuk sebagai hipotesis, peserta didik akan bertanya dan menyelidiki fakta-fakta serta mengumpulkan keterangan-keterangan yang diperoleh dari nara sumber atau yang terdapat dalam dokumen, buku-buku, majalah, kamus, gambar, dan kemudian menyimpulkannya. Dengan demikian peserta didik akan memperoleh pemahaman kembali peristiwa sejarah secara mendalam. Jadi, dengan inkuiri peserta didik terlibat secara aktif, baik dalam proses mencari, menyelidiki, maupun dalam memperoleh pengetahuan, sehingga mampu mengembangkan sikap kritis dan sintesis (Asmawi Zainul, 2000: iv). Menurut hasil penelitian Schlenker, dalam Dahlan (1999: 60), ternyata metode pembelajaran inkuiri dapat meningkatkan pemahaman ilmu pengetahuan, daya kreativitas, serta kepandaian mengolah informasi. Demikian pula penelitian soetjipto (2001), menyimpulkan bahwa inkuiri dapat mengimplementasikan active learning methods. Bertitik tolak dari konsep-konsep pembelajaran inkuiri serta dalam rangka untuk mendapatkan pemahaman yang optimal terhadap fakta-fakta atau peristiwa sejarah yang menjadi sumber materi sejarah, maka dalam penelitian tindakan ini penulis berupaya mengoptimalkan cara kerja metode inkuiri tersebut dalam pembelajaran di kelas. penerapan metode inkuiri menggunakan model yang telah dikembangkan oleh Byron Massialas dan Benyamin Cox yakni sebagai berikut. 1. Tahap pertama (orientasi) berisi kegiatan menetapkan masalah sebagai pokok bahasan yang akan dirumuskan dalam bentuk pertanyaan. 2. Tahap kedua (hipotesis), merumuskan hipotesis sebagai acuan inkuiri. 3. Tahap ketiga (definisi), menguraikan dan memperjelas hipotesis. 4. Tahap keempat (eksploratif), berupa menguji hipotesis menurut logika, yaitu yang disesuaikan dengan implikasi dan asumsi. 5. Tahap kelima (pembuktian), mengumpulkan data dan fakta-fakta untuk membuktikan hipotesis. 6. Tahap keenam (generalisasi), yakni membuat kesimpulan sebagai pemecahan atau jawaban terhadap permasalahan yang dapat diterima kebenarannya.

 3. METODE CERAMAH 
    
PENGERTIAN METODE CERAMAH
    Metode ceramah yang dimaksud disini adalah ceramah dengan kombinasi metode yang bervariasi. Mengapa disebut demikian, sebab ceramah dilakukan dengan ditujukan sebagai pemicu terjadinya kegiatan yang partisipatif (curah pendapat, disko, pleno, penugasan, studi kasus, dll). Selain itu, ceramah yang dimaksud disini adalah ceramah yang cenderung interaktif, yaitu melibatkan peserta melalui adanya tanggapan balik atau perbandingan dengan pendapat dan pengalaman peserta. Media pendukung yang digunakan, seperti bahan serahan (handouts), transparansi yang ditayangkan dengan OHP, bahan presentasi yang ditayangkan dengan LCD, tulisan-tulisan di kartu metaplan dan/kertas plano, dll. Metode ceramah itu sendiri pada dasarnya memiliki banyak pengertian dan jenisnya. Berikut ini beberapa pengertian dari metode ceramah, antara lain : 1. Menurut Winarno Surahmad, M.Ed, ceramah adalah penerangan dan penuturan secara lisan oleh guru terhadap kelasnya, sedangkan peranan murid mendengarkan dengan teliti, serta mencatat yang pokok dari yang dikemukakan oleh guru. 2. Metode ceramah adalah penyajian informasi secara lisan baik formal maupun informal. 3. Metode ceramah menurut Gilstrap dan Martin 1975 : ceramah berasal dari bahasa latin yaitu Lecturu, Legu ( Legree, lectus) yang berati membaca kemudian diartikan secara umum dengan mengajar sebagai akibat dari guru menyampaikan pelajaran dengan membaca dari buku dan mendiktekan pelajaran dengan penggunaan buku. 4. Metode ceramah yaitu penerapan dan penuturan secara lisan oleh guru terhadap kelasnya, dengan menggunakan alat bantu mengajar untuk memperjelas uraian yang disampaikan kepada siswa. Metode ceramah ini sering kita jumpai pada proses-proses pembelajaran di sekolah mulai dari tingkat yang rendah sampai ke tingkat perguruan tinggi, sehingga metode seperti ini sudah dianggap sebagai metode yang terbaik bagi guru untuk melakukan interaksi belajar mengajar. Satu hal yang tidak pernah menjadi bahan refleksi bagi guru adalah tentang efektifitas penggunaan metode ceramah yaitu mengenai minat dan motivasi siswa, bahkan akhirnya juga berdampak pada prestasi siswa. 5. Metode ceramah juga disebut juga kegiatan memberikan informasi dengan kata-kata. Pengajaran sejarah, merupakan proses pemberian informasi atau materi kepada siswa serta hasil dari penggunaan metode tersebut sering tidak berjalan sesuai dengan yang diharapkan. Makna dan arti dari materi atau informasi tersebut terkadang ditafsirkan berbeda atau salah oleh siswa. Hal ini karena tingkat pemahaman setiap siswa yang berbeda-beda atau dilain pihak guru sebagai pusat pembelajaran kurang pandai dalam menyampaikan informasi atau materi kepada siswa. Jenis-jenis metode ceramah, terdiri dari metode ceramah bervariasi, metode ceramah campuran dan metode ceramah asli. Anggapan-anggapan negatif tentang metode ceramah sudah seharusnya patut diluruskan, baik dari segi pemahaman artikulasi oleh guru maupun penerapannya dalam proses belajar mengajar disekolah. Ceramah adalah sebuah bentuk interaksi melalui penerangan dan penuturan lisan dari guru kepada peserta didik, dalam pelaksanaan ceramah untuk menjelaskan uraiannya, guru dapat menggunakan alat-alat bantu media pembelajaran seperti gambar dan audio visual lainnya. Definisi lain ceramah menurut bahasa berasal dari kata lego (bahasa latin) yang diartikan secara umum dengan “mengajar” sebagai akibat guru menyampaikan pelajaran dengan membaca dari buku dan mendiktekan pelajaran dengan menggunakan buku kemudian menjadi lecture method atau metode ceramah. Definisi metode ceramah diatas, bila langsung diserap dan diaplikasikan tanpa melalui pemahaman terlebih dahulu oleh para guru tentu hasil yang didapat dari penerapan metode ini akan jauh dari harapan, seperti halnya yang terjadi dalam problematika saat ini. Hampir setiap guru sejarah menggunakan metode ceramah yang jauh dari kaidah-kaidah metode ceramah seharusnya. Metode ceramah dalam proses belajar mengajar sesungguhnya tidak dapat dikatakan suatu metode yang salah. Hal ini dikarenakan model pengajaran ini seperti yang dijelaskan diatas terdiri dari beberapa jenis, yang nantinya dapat dieksploitasi atau dikreasikan menjadi suatu metode ceramah yang menyenangkan, tidak seperti pada metode ceramah klasik yang terkesan mendongeng. 
     Metode ceramah dalam penerapannya di dalam proses belajar mengajar juga memiliki beberapa kelebihan dan kekurangan, antara lain :
 Kelemahan : 1. Mudah menjadi verbalisme. 2. Yang visual menjadi rugi, dan yang auditif (mendengarkan) yang benar-benar menerimanya. 3. Bila selalu digunakan dan terlalu digunakan dapat membuat bosan. 4. Keberhasilan metode ini sangat bergantung pada siapa yang menggunakannya. 5. Cenderung membuat siswa pasif.
 Kelebihan : 1. Guru mudah menguasai kelas. 2. Mudah mengorganisasikan tempat duduk / kelas. 3. Dapat diikuti oleh jumlah siswa yang besar. 4. Mudah mempersiapkan dan melaksanakannya. 5. Guru mudah menerangkan pelajaran dengan baik. 6. Lebih ekonomis dalam hal waktu. 7. Memberi kesempatan pada guru untuk menggunakan pengalaman, pengetahuan dan kearifan. 8. Dapat menggunakan bahan pelajaran yang luas 9. Membantu siswa untuk mendengar secara akurat, kritis, dan penuh perhatian. 10. Jika digunakan dengan tepat maka akan dapat menstimulasikan dan meningkatkan keinginan belajar siswa dalam bidang akademik. 11. Dapat menguatkan bacaan dan belajar siswa dari beberapa sumber lain 

4. Teknik Pembinaan Nilai (Value Clarification Technique)
    Pengertian Teknik pembinaan nilai (VCT) merupakan salah satu cara penyajian materi pelajaran untuk membina siswa agar mampu mengidentifikasi, mengklarifikasi, menilai dan mengambil keputusan nilai mana yang akan dipilihnya secara nalar dan penuh keyakinan. Terdapat banyak teknik yang dapat digunakan dalam metode VCT diantaranya adalah sebagai berikut: 1. percontohan (example of the examploratory) 2. analisis nilai : (a) model repotasi/liputan (b) model analisis akurat (c) model analisis ceritera tidak selesai 3. VCT daftar : (a) daftar baik buruk (DBB) (b) daftar tingkat urutan (DTU) (c) daftar skala sikap (DSS) (d) daftar gejala kontinum (DGK) (e) perisai kepribadian (PK) (f) daftar membaca perkiraan orang lain tentang diri kita 4. VCT klarifikasi nilai dengan kartu keyakinan (evidencecard) 5. VCT melalui teknik wawancara 6. Teknik yurisprudensi 7. T eknik inkuiri nilai dengan pertanyaan acak (valueinquiry random questioning technique = VIRQT)  Alasan penggunaan Nilai (value) merupakan salah satu wujud dari ranah afektif (afektive domain) yang berada pada diri seseorang. Nilai itu sendiri merupakan suatu sistem, dimana aneka jenis nilai seperti nilai keagamaan, sosial budaya, ekonomi, politik,hukum dan lain-lain berpadu jalin menjalin dan saling meradiasi (mempengaruhi secara kuat) sebagai satu kesatuan yang utuh yang dinamakan sistem nilai (valuesystem). Sistem nilai itu sangat kuar mempengaruhi perilaku dan kepribadian seseorang, karena merupakan pegangan emosional seseorang. Wujud lain dari ranah afektif diantaranya adalah sikap (attitude), penghayatan, cita rasa, emosi, kemauan, dan keyakinan (belief) yang merupakan tingkat tertinggi yang paling mantap. Untuk menggunakan ranah afektif, siswa tidak cukup hanya mengajarkan pengetahuan tentang segala aspek dari ranah tersebut, melainkan harus dilakukan pembinaan yang sungguh-sungguh pada pembinaan siswa agar mampu mengidentifikasi, mengklarifikasi, menilai dan mengambil keputusan dalam menentukan nilai mana yang akan dipilihnya amat relevan untuk maksud tersebut.  Tujuan Tujuan digunakannya metode VCT adalah sebagai berikut: 1. membantu siswa dapat mengambil nilai menjadi nilai yang diyakini 2. jika nilai tersebut sudah ada akan semakin disadari dan diyakini. Sedangkan jika nilai tersebut baru, diharapkan akan menjadi disadari sebagai nilai yang luhur  Manfaat Adapun manfaat VCT adalah siswa dapat menentukan pilihan nilai dengan keyakinan yang kukuh  Langkah-langkah penggunaan 

Langkah-langkah penggunaan metode VCT sebenarnya tergantung pada teknik yang diambilnya. Akan tetapi secara umum dapat dikemukakan sebagai berikut: No. Tahapan Pelaksaan 1. Penentuan Stimulus Stimulus harus bersifat dilematis dan memuat konflik nilai/moral 2. Menyajikan stimulus Dapat melalui kegiatan : a) menidentifikasi masalah (konflik nilai/moral) b) mengidentifikasi fakta yang dimuat dalam stimulus c) menentukan kesamaan pengertian d) menentukan masalah utama yang akan dipecahkan 3. Menentukan pilihan/posisi Siswa diberi kesempatan untuk menanggapi melalui : a) pilihan/posisi perorangan b) pilihan/posisi kelompok c) mengklasifikasi pihan/posisi tersebut 4. Menguji alasan Dilakukan dengan cara : a) meminta argumen sisa/kelompok/kelas b) pemantauan argumen melalui : 1) mempertentangkan argumen demi argumen 2) penerapan kejadian secara analogis 3) mengkaji akibat-akibat penerapan tersebut 4) mengkaji kemungkinan dari kegiatan 5. Penyimpulan dan Pengarahan Dapat melalui : a) kesimpulan siswa/kelompok/kelas b) kesimpulan dan pengarahan sesuai dengan target materi pelajaran (konsep, nilai, moral dan norma) 6. Tindak Lanjut Dapat berupa : a). kegiatan perbaikan/remedial/pengayaan b). kegiatan ekstra/latihan/penerapan uji coba

Geen opmerkings nie:

Plaas 'n opmerking